Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai rencana pemerintah untuk mengurangi bandara internasional di Indonesia tepat dilakukan. Ketua Forum Transportasi Penerbangan MTI Aris Wibowo menuturkan, salah satu dampak positif pengurangan bandara internasional adalah meningkatnya pangsa pasar domestik. “Penerbangan ke kota yang tadinya dapat dijangkau langsung dengan penerbangan internasional nantinya bisa diangkut maskapai dalam negeri,” kata Aris saat dihubungi, Minggu (24/3/2024). Dia menuturkan, dampak jangka pendek jika kebijakan pengurangan bandara internasional terealisasi adalah adanya koreksi pasar. Hal tersebut karena maskapai asing akan melakukan perhitungan ulang skema bisnisnya untuk penerbangan di Indonesia.
Aris menuturkan, salah satu upaya yang mungkin akan dilakukan maskapai-maskapai tersebut adalah mengurangi frekuensi penerbangan atau mengganti jenis pesawat yang beroperasi. Namun, dia menyebut dampak ini tidak akan berlangsung berkepanjangan. “Setelah beberapa lama akan terjadi keseimbangan lagi terhadap jumlah penerbangan, sebab permintaan angkutan udara akan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi,” kata Aris.
Dia pun meminta pemerintah untuk mengkaji penetapan bandara internasional yang akan dikurangi secara matang. Dia mengatakan, pemerintah perlu menentukan kriteria sebuah bandara dapat menjadi bandara internasional dengan mempertimbangkan berbagai. “Sejumlah hal yang perlu diperhatikan seperti permintaan (demand) angkutan udara, infrastruktur bandara, kesiapan moda di darat, posisi geografis dan juga aspek keamanan nasional,” katanya. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih terus membahas rencana pengurangan jumlah bandara internasional di Indonesia. Pemerintah menargetkan keputusan ini dapat diumumkan pada tahun ini.
Sementara itu, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminta pemerintah menyiapkan fasilitas pendukung seiring dengan keputusan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang memangkas jumlah bandara internasional dari 34 menjadi 17, termasuk Bandara Adi Soemarmo. Ketua Forum Transportasi Penerbangan MTI, Aris Wibowo menyebut, salah satu hal yang harus dicermati oleh pemerintah adalah kesiapan fasilitas bandara-bandara tersebut. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas sisi darat dan udara harus disiapkan dan disesuaikan dengan standar pelayanan rute penerbangan internasional. Selain itu, pemerintah juga harus menyempurnakan akses dari dan menuju bandara-bandara tersebut. Hal ini termasuk memastikan integrasi antarmoda berjalan dengan mulus dari bandara ataupun menuju bandara.
Aksesnya harus benar-benar smooth. Perpindahan penumpang dari udara ke darat dan sebaliknya harus rapi dan tertib seperti di luar negeri, itu akan menarik,” jelas Aris saat dihubungi, Minggu (28/4/2024). Di sisi lain, Aris juga mengingatkan kepada pemerintah untuk mengembangkan daerah-daerah di sekitar kawasan bandara internasional yang ada. Aris menuturkan, daerah-daerah di sekitar bandara internasional harus dikembangkan untuk menjadi pusat sebuah kegiatan dalam skala nasional dan internasional.
Hal tersebut amat penting untuk membentuk demand penerbangan pada bandara di sekitarnya, terutama rute internasional. Dia mencontohkan, beberapa daerah yang telah terbentuk seperti Bali untuk pariwisata, Jakarta untuk bisnis, Makassar sebagai titik kegiatan industri dan lainnya. Sementara itu, salah satu bandara yang kawasan sekitarnya belum dikembangkan dengan baik menurut Aris adalah Kertajati. Dia menuturkan, perlu ada kolaborasi antar instansi dalam pengembangan kawasan sekitar Bandara Kertajati agar pembangunannya dapat terakselerasi. “Karena maskapai saat melihat untuk membuka rute pasti ada pertimbangannya, salah satunya lokasi dan potensi permintaannya. Jangan sampai nanti saat mereka masuk mengangkut banyak (penumpang), tetapi saat keluar tidak banyak,” ujar Aris.
Sumber : Bisnis.com